Why China?
Mungkin banyak yang bertanya-tanya,
kenapa sih saya memilih Tiongkok
sebagai tempat menimba ilmu saat orang lain memilih USA dan Eropa sebagai
negara tujuan studi mereka?
Saya memilih Tiongkok sebagai negara
tujuan studi bukanlah tanpa alasan. Saya lulusan sarjana Pendidikan Bahasa
Mandarin di salah satu universitas negeri di Indonesia. Selama berkuliah, saya
teringat akan petuah seorang dosen, “Kalian ini belajar bahasa asing,
setidaknya pergilah ke negara yang menggunakan bahasa tersebut dan praktek
langsung. Belajar dari sumbernya akan menambah wawasan yang tidak kalian
dapatkan di sini.” Petuah itu membekas sekali di benak saya, dan sejak itu saya
bertekad untuk berkuliah di Tiongkok. Saya mencari informasi mengenai Tiongkok
dan kota-kotanya, universitas, jurusan, dan beasiswa untuk mahasiswa asing.
Persiapan yang saya lakukan memakan waktu lebih kurang satu tahun, hingga
akhirnya pada September 2018 saya resmi menjadi mahasiswa pascasarjana jurusan Teaching
Chinese to Speakers of Other Languages di Tianjin University.
Akomodasi
Sesampainya di kampus, saya
diberitahu oleh orang Indonesia yang juga berkuliah di sana bahwa Tianjin
University memiliki kampus di dua lokasi yang berbeda, yaitu Weijin Road Campus
dan Peiyang Park Campus. Kebetulan jurusan saya berada di Weijin Road Campus,
yang merupakan kampus utama Tianjin University.
Saya tinggal di dormitory No. 50,
yang merupakan salah satu gedung asrama khusus untuk mahasiswa asing. Di
Tianjin University—mungkin di sebagian besar universitas di Tiongkok— gedung
asrama untuk mahasiswa asing dan mahasiswa lokal dipisah, karena dari segi
biaya dan fasilitas yang berbeda. Dalam segi biaya, tidak seperti asrama
mahasiswa lokal yang harga sewa per kamar dipukul rata, setiap gedung asrama
mahasiswa asing memiliki harga yang berbeda-beda. Penempatannya diatur
sedemikian rupa oleh pihak universitas tergantung sumber pembiayaan —apakah fully-funded atau self-funded— serta jenis beasiswa yang didapat. Dari segi
fasilitas, di setiap kamar terdapat dua tempat tidur untuk double room type atau satu tempat tidur untuk single room type, kamar mandi pribadi, lemari, meja belajar, rak
buku, air conditioner, pemanas
ruangan dan TV. Selain itu, terdapat dapur umum di tiap-tiap lantai dan laundry
room di lantai satu yang bisa digunakan oleh mahasiswa dengan membayar RMB 3 (RMB
1 = Rp 2.000,-) per 1x mencuci. Untuk biaya listrik, saya dan teman sekamar
saya biasanya menghabiskan RMB 100/2 bulan, tergolong hemat karena kami jarang
sekali menggunakan AC dan TV. Sedangkan air tidak dipungut biaya. Kondisi kamar
bisa dilihat dari gambar berikut.
Menurut saya, hidup di Tianjin cukup
praktis. Lokasinya yang tidak jauh dari kota Beijing, tapi biaya hidup di sana
tergolong murah. Hanya dengan RMB 15 —bisa kurang atau lebih, tergantung jenis
makanan yang dibeli— sudah bisa membeli seporsi makanan yang mengenyangkan.
Saya lebih sering memasak karena murah dan sesuai dengan selera saya, tapi
terkadang saya membeli makanan di kantin halal ataupun di Lanzhou lamian (restoran mie Lanzhou) jika tidak sempat memasak.
Alhasil, rutinitas memasak ini sangat membantu saya dalam segi keuangan,
terlebih saya jarang berbelanja online.
Bagaimana tidak, jika dalam 1 bulan saya sama sekali tidak membeli makanan di
luar, saya hanya menghabiskan RMB 1,500. Namun jika saya sering makan di luar
dan sesekali berbelanja online, dalam
sebulan bisa menghabiskan RMB 2,000 bahkan RMB 3,000. Jadi, jika hanya
mengandalkan uang beasiswa dan memiliki keinginan—liburan atau membeli gadget baru— lebih baik memangkas
biaya-biaya yang tidak penting.
Kegiatan belajar-mengajar
Jurusan yang saya ambil terdiri dari
dua kelas, yaitu kelas mahasiswa asing dan mahasiswa lokal. Mata kuliah yang
diambil sama, hanya saja penyampaian materi kepada mahasiswa asing berbeda
dengan mahasiswa lokal. Lagipula, jumlah mahasiswa yang menumpuk dirasa kurang
efektif dalam pembelajaran. Jumlah mahasiswa asing saja ada 37 orang, belum
lagi ditambah mahasiswa lokal.
Ada perbedaan ketika menempuh pendidikan di jenjang S1 dan S2. Jika di jenjang S1 dosen lebih banyak menyampaikan materi, lain halnya dengan perkuliahan di jenjang S2. Presentasi, diskusi kelompok, menulis laporan dan artikel adalah hal yang sering dijumpai. Tidak hanya itu, kami juga dituntut untuk membaca jurnal, mengikuti seminar serta melaporkan hasilnya pada akhir semester. Belum lagi, pertemuan rutin dengan grup bimbingan thesis. Jujur, awal mulanya saya merasa berat. Mau nangis? Tentu saja. Tapi setelah dipikir-pikir, menangis pun tidak ada gunanya, tugas tetap harus diselesaikan. Oleh karena itu, saya mulai giat dan membiasakan diri dengan ritme belajar mahasiswa di Tiongkok. Tidak lupa juga, saya dan teman sekelas saling mencurahkan kesulitan masing-masing dan mencari solusinya bersama. Lambat laun, saya terbiasa dengan pola belajar yang keras tapi tetap santai.
Festival di Tianjin University
Tianjin University sering sekali
mengadakan acara dan festival di luar jam perkuliahan. Selain untuk mengenalkan
budaya Tiongkok, mahasiswa asing juga diberi kesempatan untuk memperkenalkan
budaya dari negara asalnya. Beberapa festival yang diadakan tiap tahunnya
adalah mid-autumn festival, dragon boat festival, festival budaya,
pesta malam tahun baru, festival olahraga, dan lain-lain.
Pada mid autumn festival, atau biasa disebut perayaan kue bulan, pihak
universitas mengadakan pertunjukan seni yang ditampilkan oleh para mahasiswa
Tianjin University. Sebenarnya acara ini diperuntukkan bagi kalangan mahasiswa,
dosen dan civitas Tianjin University, tapi orang luar juga tidak dilarang untuk
menghadirinya. Pada saat pertunjukan berlangsung, tersedia makanan ringan dan
kue bulan yang menjadi ciri khas perayaan ini. Siapapun boleh mengambilnya,
jumlahnya juga tidak dibatasi. Karena saya suka makan, jadi saya hanya datang
untuk mengambil cemilan dan kue bulan lalu kembali ke kamar, dan saya tidak
dimarahi. Hehehe.
Perayaan lainnya yaitu festival budaya. Bagi kampus yang memiliki mahasiswa asing yang jumlahnya sepertiga atau lebih, pasti akan menyelenggarakan festival budaya. Waktu pelaksanaannya tergantung kampus masing-masing, namun di Tianjin University biasanya diselenggarakan pada bulan Mei. Perayaan ini menjadi ajang bagi mahasiswa asing untuk memamerkan keindahan dan budaya negara mereka. Untuk dapat berpartisipasi, mahasiswa dari perwakilan negara bersangkutan terlebih dahulu mendaftar di School of International Education, baik untuk mendapatkan booth maupun menjadi pengisi acara. Oh iya, walaupun kegiatan ini menjadi wadah bagi masing-masing perwakilan negara untuk mengenalkan budayanya, tapi mahasiswa Tiongkok juga diberi kesempatan yang sama. Mereka juga diperbolehkan untuk membuka booth dan mengisi acara. Di acara ini, saya dan mahasiswa Indonesia lainnya menampilkan tarian dari suku Papua yang diiringi dengan alat musik angklung dan gendang. Percayalah, beberapa teman tidak pernah belajar menari sebelumnya. Namun, keinginan kami yang kuat untuk memperkenalkan budaya Indonesia kepada dunia luar yang membuat kami rela untuk latihan dan tampil sebaik mungkin.
Refreshing
Seperti yang saya sampaikan pada poin
sebelumnya, saya mengalami kesulitan dalam menyesuaikan ritme belajar di
Tiongkok. Walaupun begitu, saya tidak menggunakan 24 jam waktu saya hanya untuk
belajar. Ingat, giat belajar itu harus. Tapi kita juga harus meluangkan waktu
untuk menunaikan hak tubuh dan mental kita. Saya juga melakukan hobi saya dan
bermain bersama teman-teman. Karena saya suka memotret, saya terkadang
menghabiskan waktu untuk memotret teman saya. Untungnya, teman saya rela
menjadi objek foto saya.
Tidak hanya itu, saya juga sesekali
memasak bersama teman sekelas. Kami makan bersama dan secara tak langsung
memperkenalkan makanan khas negara masing-masing.
Masak bersama
Selama saya tinggal di Tianjin, saya
banyak menemukan hal baru. Tianjin, selain tempat belajar juga merupakan rumah
kedua bagi saya. Suka dan duka saya alami di sana, yang membantu saya untuk
berproses menjadi manusia yang lebih baik lagi. Sekian cerita dari saya.
Mungkin tidak banyak yang saya tuliskan, tapi semoga bisa membantu para pembaca
sekalian menemukan insight baru,
khususnya mengenai studi di Tiongkok. Terima kasih sudah membaca sampai akhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar